Senin, 03 Mei 2010

PASIR BESI


RINGKASAN

Bahan baku yang tersedia di alam seperti baja banyak dimanfaatkan pada bidang industri.,contohnya di bidang industri pengecoran logam. Karena keterbatasan atau kelengkaan bahan baku tersebut menyebabkan beberapa industri mengalami kerugian. Sedangkan industri pengecoran logam sangat berperan penting untuk berbagai keperluan, misalnya untuk mesin-mesin perkakas dan kendaraan bermotor.

Pasir besi merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengganti bahan baja yang digunakan sebagai bahan dasar di bidang industri pengecoran logam. Cara tersebut bisa dimungkinkan dengan pengolahan pasir besi secara mandiri dengan memisahkan atau mengeliminasi pengotor yang terdapat dalam pasir besi tersebut, yaitu dengan metode bubbling dan compound separation, sehinnga pasir besi dapat digunakan sebagai solusi Pengolahan Bijih Besi Mandiri di Bidang Industri Pengecoran Logam

Sehingga dari adanya solusi di atas diperlukan pengimplementasian yang perlu dilakukan dan didukung oleh beberapa elemen atau pihak-pihak yang dapat membantu mengembangkan proyek pemanfaatan pasir besi sebagai pengolahan bijih besi mandiri. Hal tersebut dilakukan secara terkait dan kerjasama antar beberapa pihak.

Produktivitas dari alam mempunyai banyak ragam. Salah satunya adalah bahan material. Bahan material memiliki sifat dan karakter tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kehidupannya. Salah satu contoh dari bahan material adalah pasir besi yang mempunyai banyak manfaat. Salah satu manfaat tersebut adalah dalam bidang pengecoran logam.

Seringkali sebagian atau seluruh bagian dari suatu perangkat harus dibuat melalui proses pengecoran untuk alas an keutuhan bentuk dan kekuatan konstruksi tertentu. Misalnya untuk mesin-mesin perkakas dan kendaraan bermotor bagian yang dicor berkisar antara 50%-90% dari berat keseluruhan. Dengan demikian Indonesia akan sangat membutuhkan banyak ahli dalam bidang ini untuk menuju swasembada.

Pengecoran logam tidak sesederhana mencairkan logam lalu menuangkannya ke dalam cetakan.Untuk menjadi seorang yang kreatif, teknik pengecoran logam pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari adalah sifat dan struktur material(metalurgi), teknik pembuatan inti dan cetakan(core & mould), teknik pengecoran dan sebagainya.

Industri berbasis baja di Indonesia sendiri sudah banyak yang terpuruk, bahkan ada yang sampai gulung tikar. Misalnya, para pengrajin di sekitar Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah, yang terpaksa gulung tikar setelah persediaan bahan baku besi atau baja mereka menipis dan harganya semakin mahal. sehingga Pemanfaatan Pasir Besi Sebagai Solusi Pengolahan Bijih Besi Mandiri di Bidang Industri Pengecoran Logam.
perlu diangkat dengan harapan dapat memberikan pengetahuan, informasi serta solusi bagi industri yang berbasis bahan baja.

Tujuan dari program ini adalah memberikan informasi kegunaan pasir besi sebagai solusi pengolahan bijih besi mandiri di bidang industri pengecoran logam dan bermanfaat untuk Mengetahui kegunaan pasir besi sebagai solusi pengolahan bijih besi mandiri di bidang industri pengecoran logam.

Kondisi Terkini

Industri baja pada 2010 diprediksi tumbuh sekitar 5 persen sampai 10 persen setelah tahun lalu hanya berada di minus 0,06 persen. Prediksi tersebut sangat konservatif karena pemerintah masih akan mengubah proyeksi pertumbuhan tersebut setelah melakukan penilaian terhadap realisasi perdagangan bebas dengan beberapa Negara(Koran Jakarta,2010)

(Berita iptek) mengatakan bahwa kondisi industri berbasis baja dan besi cor semakin menyedihkan. Pasokan bahan baku baja yang menipis dan tingginya harga telah menghancurkan ratusan industri kecil pengecoran di Ceper dan sekitarnya. Sebetulnya, masih ada faktor lain yang menyebabkan industri kecil itu terpuruk, seperti meningkatnya harga bahan bakar minyak dan briket batu bara untuk mencairkan logam. Semua itu terakumulasi dalam perhitungan biaya produksi yang tidak menguntungkan terhadap hasil penjualan(Anonim,2009).

Dari masalah-masalah dia atas diperlukan adanya solusi menggunakan pasir besi sebagai bahan baku lokal untuk pengecoran logam karena pasir besi yang ada di sekitar lingkungan jumlahnya sangat melimpah, namun belum dimanfaatkan secara maksimal.

Menyongsong negara berbasis industri, Indonesia harus memiliki pasokan bahan baku. Indonesia tidak boleh tergantung kepada negara lain yang labil karena diperebutkan oleh negara-negara yang lebih maju dengan konsumsi yang jauh lebih besar. Harga bahan baku baja akan mudah disetir dan sangat merugikan. Program penyelamatan industri baja nasional melalui pengolahan bijih besi mandiri harus segera digulirkan kalau tidak ingin menemui kebangkrutan. Untuk mewujudkan program tersebut, berikut adalah peran masing-masing elemen atau pihak-pihak yang terkait, yaitu:

a. Pemerintah. Pemerintah harus dapat membuat kebijakan yang mengatur dan mengontrol terlaksananya program pengolahan bijih besi mandiri. Dana-dana harus diprioritaskan untuk tujuan tersebut di samping harus selalu mendorong elemen lain untuk bekerja keras mensukseskan program tersebut. Nilai ekonomi pasokan baja nasional (5-6 juta ton) melebihi 30 trilyun pertahun dan akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri. Sementara itu, dana yang berkaitan dengan riset untuk pengembangan teknologi pengolahan bijih besi mandiri sangat sedikit bahkan cenderung tidak ada. Para peneliti di pusat-pusat penelitian harus bersaing untuk mendapatkan dana riset yang tersedia untuk pengembangan teknologi pengolahan bijih besi lokal karena tidak adanya prioritas yang mendukung program tersebut.

b. Lembaga penelitian. Sebagian besar lembaga penelitian yang mengembangkan riset di bidang pengolahan bijih besi sendiri-sendiri dan kurang melakukan koordinasi dengan lembaga lain atau dengan industri terkait. Walhasil, teknologi yang dikembangkan tidak bersifat integrated(menyeluruh) dan hasilnya masih belum bisa diterapkan ke industri terkait. Tidak terfokus dan terpusatnya program dan lokasi pengolahan bijih besi, semakin menjauhkan dari tujuan dan harapan yang diinginkan. Oleh karenanya, lembaga-lembaga yang memiliki fasilitas dan SDM (Sumber Daya Manusia) serta fungsi yang berkaitan dengan perbajaan harus bersama-sama dan bekerja sama memprioritaskan riset dan dananya untuk tujuan membuat riset terpadu guna membangun pengolahan bijih besi mandiri.

c. Peneliti. Peneliti merupakan elemen kunci bagi pengembangan teknologi pengolahan bijih besi. Bahan baku lokal, seperti laterit dan pasir besi yang memiliki sifat-sifat unik (banyak pengotor Ti, V, Ni, Co, dan lain-lain) perlu diolah dengan teknologi tertentu. Para peneliti terkadang masih bersifat individual, dalam artian kurang bisa bekerja sama dengan peneliti di lembaga lain. Padahal teknologi yang telah dikuasainya masih harus digabung atau diintegrasikan dengan teknologi lain agar dapat menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Keterbatasan dana penelitian juga masih menjadi faktor dominan para peneliti untuk tidak kreatif berkarya. Selain itu arahan masing-masing lembaga kepada para peneliti harus sering diberikan.

d. Industri. Industri adalah pelaku utama yang menjembatani temuan-temuan teknologi para peneliti kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Atau dengan kata lain, industri berperan mengubah engineering frontier (teknologi yang tersedia di laboratotium) menjadi economic knowledge (teknologi bernilai ekonomi) dalam bentuk produk. Untuk membuat produk, industri akan menyedot tenaga kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Jadi, industrilah yang berperan langsung meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, ketika produk tidak berkualitas atau tidak memenuhi standar di pasar, maka industri akan menerima kerugian. Untuk dapat memenangkan persaingan, industri harus selalu menjaga kualitas produknya dengan selalu meningkatkan R&Ddengan menjalin kerja sama dengan peneliti di lembaga penelitian.

Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan

Teknik pengimplementasian menggunakan atau memanfaatkan bahan lokal seperti pasir besi dengan menyaring pengotor seperti TI Ti, V, Ni, Co, dan lain-lain) yang ada di dalam pasir tersebut dengan aplikasi teknologi daur ulang baja, yaitu dengan kombinasi metoda bubbling dan compound separation.
Pengeliminasian unsure-unsur pengotor dengan metode bubbling(meniupkan udara dalam cairan logam) telah lama diketahui. Dengan bubbling udara atau O2, unsure-unsur memiliki kemampuan oksidasi di atas FeO seperti Si, Mn, B, Al lebih mudah dihilangkan daripada unsur-unsur yang memiliki kemampuan oksidasi di bawahnya seperti Pb, Cu, Ni, dan Co.

Pengoptimalan bubbling akan meningkatkan kecepatan pembersihan Zn, dan pengecilan gelembung-gelembung udara bubbling akan mempercepat proses oksidasi pada pembersihan Al.

Dengan kombinasi metoda bubbling dan compound separation, diyakinkan bahwa unsur-unsur pengotor tersebut dapat dimurnikan dan dapat digunakan sebaga bahan lokal di bidang industri pengecoran logam. Pilihan aggregation agents yang tepat dari mineral alam yang ada di Indonesia menjadi kunci solusi pengolahan bijih besi mandiri dari bahan baku lokal karena bisa mengeliminasi campuran yang ada dalam bahan baku dan hasilnya bisa disimulasikan.

Minggu, 02 Mei 2010

IKM-KOTA BAJA KLATEN


A Latar Belakang

Industri pengecoran logam yang terdapat di Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten ini telah ada sejak dahulu kala, yakni terhitung sejak zaman penjajahan Belanda. Dan sampai sekarang industri tersebut masih tetap eksis keberadaanya mengingat produk yang dihasilkan banyak dibutuhkan oleh beberapa instansi dengan skala besar seperti PJKA, PELNI, selain itu beberapa produk yang dihasilkan merupakan pesanan dari luar negeri. Dapat dikatakan bahwa industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper ini sudah go publik. Keberadaan industri baik yang berskala kecil, menengah, dan besar ini bisa dijumpai hampir diseluruh wilayah kecamatan Ceper. Keberadaan Industri Pengecoran Logam di Ceper tak lepas dari jasa seorang ahli bijih besi yang berasal dari Serang Banten, bernama Ki Serang Kusuma. Dari awal dirintisnya industri ini hingga sekarang telah mengalami banyak proses dan perkembangan. Industri pengecoran logam ini telah ada sejak abad ke-19. Bermula dari alat-alat pertanian tradisinonal (mata bajak), alat-alat rumah tangga, hingga kini beralih ke produk lain (mesin pelumat tanah liat (mollen), alat press genteng, sambungan pipa, pompa air, dan lain-lain) dan barang antik (hiasan dinding, lampu robyong, lampu jalan, lampu taman, meja kursi, pagar atau tralis, dan lain-lain), kemudian juga produk komponen mesin (komponen mesin tenun, komponen mesin bermotor (sparepart), komponen kereta api (blok rem), komponen mesin diesel, komponen alat listrik dan produk sejenis lainnya). Untuk menilai kualitas produk yang dihasilkan telah didirikan Laboratorium Pengecoran Logam Ceper yang melayani uji pasir cetak, kekerasan, kekuatan tarik, struktur mikro dan analisa komposisi kimia logam.
Industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper membentuk suatu klaster yang terdiri 237 unit industri. Kapasitas yang terpasang sebesar 150.000 per tahun (4% kapasitas nasional) dan kapasitas produksi tahunan sebesar 30.000 (20% dari kapasitas nasional), sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan menampung tenaga kerja sebanyak 4000 orang dengan sebagian besar usaha adalah IKM (Industri Kecil dan Menengah).

B Gambaran Umum

Kecamatan Ceper terletak sekitar 10 km arah utara Klaten sepanjang jalan raya Klaten - Solo. Kecamatan Ceper terdiri dari 18 Kelurahan/Desa. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ngawen, Kecamatan Karanganom. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Klaten Utara. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pedan. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Delanggu.
Luas wilayah kecamatan Ceper 24,45 kilometer persegi. Dengan jumlah penduduk 57.621 jiwa dengan kepadatan rata-rata 2.357 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduk masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian.

Koperasi Produksi Usaha dan Permesinan ( KPUP) Batur Jaya Ceper

Koperasi ini beranggotakan 217 perusahaan pengecoran logam baik yang berskala kecil, menengah dan besar. Secara keseluruhan terdapat 273 perusahaan pengecoran logam akan tetapi hanya 75 persen yang masuk menjadi anggota Koperasi KPUP Batur Jaya Ceper ini. Sebenarnya syarat menjadi anggota Koperasi ini sangat mudah hanya ijin dan memiliki Nomor Pengusaha Wajib Pajak (NPWP) dan membayar iuran wajib anggota. Keberadaan koperasi ini memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan produksi perusahaan mengingat koperasi ini sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan memyediakan laboratorium untuk pengecekan bahan baku sebelum digunakan untuk produksi. Namun belakangan peran koperasi semakin terpinggirkan karena adanya ketidak percayaan diantara anggota dan persaingan usaha yang tidak sehat di antara anggota koperasi sendiri.
Kondisi industri pengecoran logam di Ceper akhir-akhir ini mengalami penurunan aktivitas produksi tepatnya sejak tahun 1995 dan mencapai puncaknya pada krisis ekonomi tahun 1998.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pengecoran logam ini selain lokal juga tergantung dengan bahan-bahan kimia yang harus diimpor. Mahalnya bahan baku membuat beberapa industri pengecoran logam memanipulasi produk dengan cara mendempul produk, mengingat bahan baku yang harganya dulu perkilo Rp .3000 sekarang mencapai Rp.7000, sedangkan besinya seharga Rp 5.300.
Industri- industri ini juga pernah mencoba menggunakan pasir besi yang diimport dari Cina, dan bantuan dari BPPT akan tetapi kalorinya kurang bagus. Mengingat mahalnya bahan baku industri cor logam tak mampu lagi mendapatkan bahan baku tersebut, apalagi kokas yang digunakan untuk pencairan batang besi sulit untuk ditemukan. Kalaupun menggunakan dapur induksi mencapai Rp. 1,5 miliar dan diperkirakan baru mencapai break event point setelah 4-5 tahun produksi investasinya tidak murah.
Selain kesulitan bahan baku besi cor (skrep), kondisi ini juga diperparah dengan tidak tersedianya kokes atau bahan bakar untuk pembakaran besi. Menurut penuturan Anas Yusuf Mahmudi, Ketua Koperasi Batur Jaya Ceper (BJP), persediaan bahan baku besi cor saat ini hanya tinggal 5 persen saja dari kebutuhan total, kondisi saat ini adalah yang paling kritis yang dialami selama ini. Menurut Anas, pada tahun 1997-1998 lalu, sentra industri cor logam di Batur, Ceper, juga mengalami keterpurukan. Hanya saja kala itu dipengaruhi oleh terpuruknya nilai tukar rupiah, tetapi sekarang hamper semua bahan baku sudah tidak tersedia lagi. Saat itu masih ada bahan baku, jadi masih bisa berproduksi, tetapi sekarang banyak pengusaha yang menghentikan produksinya karena kesulitan bahan baku, sedangkan pengusaha yang masih berproduksi hanya tinggal 30 persen saja. Anas menjelaskan selain dari dalam negeri, selama ini pasokan bahan baku besi cor maupun kokes juga banyak mengandalkan dari Cina. Namun semenjak setahun lalu pasokan skrep dan kokes dari Cina terhambat. Akibat semakin sulitnya mendapatkan bahan baku skrep dan kokes. Hal itu menyebabkan sekitar 300 unit dapur peleburan logam yang berhenti produksi, 600 unit mesin bubut , mesin cor, mesin finishing serta beberapa mesin produksi lainnya terpaksa tidak dioperasikan.

2. Pemasaran
Standar minimal pengecoran adalah 10 ton, sedangkan jumlah pesanan yang ada akhir-akhir ini dibawah standard minimal. Karena jumlah pesanan yang tidak mencapai 5-6 ton bahan besi dalam sekali produksi maka beberapa industri pengecoran baja ini dikawatirkan gulung tikar. Mengingat jumlah itu merupakan standard minimal pengecoran agar perusahaan mendapatkan keuntungan. Menurut Badrul Munir B.Sc, Manajer PT Aneka Adhilogam Karya, penurunan pesanan disebabkan berbagai faktor. Selain menurunnya jumlah pembangunan yang membutuhkan peralatan logam, biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku dan mendistribusi produk sangat mahal akibat kenaikan harga BBM.
Pemasaran sementara masih mengandalkan pesanan/menunggu konsumen datang ke lokasi pengecoran. Untuk meningkatkan volume pemasaran mestinya teknik pemasarannya harus ditingkatkan dengan membangun workshop dan menugasi sebagian staf perusahaan khusus menanggani bidang pemasaran.
Di pihak lain variasi dan inovasi produk hasil pengecoran tidak berkembang sehingga tidak ada intervensi produk kepada calon konsumen. Hal ini menjadi salah satu masalah dalam kelangsungan industri ini.

3. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja mayoritas berasal dari lokal Kecamatan Ceper sendiri, dan hanya beberapa persen saja yang merupakan lulusan SMK jurusan pengecoran logam. Di Kabupaten Klaten terdapat dua SMK yang mempunyai jurusan pengecoran logam yaitu SMKN 2 Klaten dan SMK Batur Jaya Ceper. Di Kecamatan Ceper terdapat dua SMK yang menunjang supply tenaga kerja di industri pengecoran logam dengan keahlian teknik mesin. Akan tetapi hanya beberapa persen saja lulusan SMK ini yang bekerja disektor industri pengecoran logam. Hal ini terlihat dari kebutuhan lulusan SMK jurusan pengecoran logam yang belum begitu urgen, mengingat SMK Batur Jaya Ceper jurusan pengecoran logam ini baru meluluskan satu kali, dan tahun ini lulusan kedua bagi jurusan pengecoran logam. Padahal industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper ini telah ada sejak abad ke-19. Disatu pihak animo peserta didik juga tidak begitu tinggi, terbuktinya jumlah siswa di SMK ini tidak banyak, meskipun pihak sekolah sendiri gencar berpromosi mengenai program unggulan jurusan pengecoran logam dan prospek yang bagus untuk kedepannya. Dan kebanyakan siswa justru berasal dari luar Kecamatan Ceper.

D. Tujuan Studi

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Mengembangkan SDM sesuai dengan kebutuhan cluster industri pengecoran logam melalui model pendidikan.

E Sasaran studi

Sedangkan untuk mencapai tujuan diatas, sasaran yang akan dilakukan adalah:
Mengidentifikasikan home industri yang ada.
Mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh industri pengecoran logam.
Mengidentifikasikan peran SMK jurusan pengecoran logam di Ceper.

KAJIAN LITERATURE

Cluster industri
Teori Cluster Industri Dalam bahasa sederhana, cluster berarti kelompok. Namun tidak semua kelompok industri dapat disebut cluster. Menurut beberapa ahli dalam buku Airlangga Hartarto “Strategi Clustering Dalam Industrialisasi Indonesia” hal 36 – 37 antara lain dikemukakan ciri utama cluster;

1. Menurut Schmit and Nadvi (1999) adalah sectoral and spatial concentrations of firm yang berarti pengelompokan di sebuah wilayah tertentu dari berbagai perusahaan dalam sektor yang sama.

2. Menurut Porter dalam Sakuramoto (2004) cluster adalah sekelompok perusahaan dan lembaga terkait yang berdekatan secara geografis, memiliki kemiripan yang mendorong kompetisi serta juga bersifat complementaris. Cluster merupakan konsentrasi gorgrafis atas berbagai industri yang terkait, penyedia jasa pendukung dan berbagai institusi yang mendukungnya.
Dengan demikian yang paling penting cluster adalah; Pertama pengelompokan industri atau berbagai perusahaan itu dalam sektor yang sama. Sedangkan masalah geografis tidak menjadi persoalan, karena cluster dapat berupa kawasan tertentu sebuah kota sampai wilayah yang lebih luas, bahkan sampai lintas negara. Kriteria geografisnya terletak pada efisiensi ekonomis atau jarak masih menguntungkan atau tidak. Kedua yang penting adalah keterkaitan atau keterpaduan antar industri dalam cluster dengan institusi pendukungnya. Ketiga adalah pengorganisasiannya, yang menunjukkan bahwa cluster adalah dibentuk secara sadar, walaupun tetap dimungkinkan adanya pengelompokan sektoral industri yang terjadi secara alami.

B. Manfaat Cluster

Menurut Schmit and Nadvi (1999) dalam buku Airlangga Hartarto kedekatan geografis mempermudah perusahaan untuk menciptakan keterkaitan yang menguntungkan bagi setiap perushaan di dalam cluster. Pada dasarnya ada dua tipe manfaat bagi tiap perusahaan yang berada dalam cluster yaitu manfaat pasif dan manfaat aktif. Manfaat pasif adalah manfaat yang didapat perusahaan tanpa harus melakukan aktifitas tertentu. Sedangkan manfaat aktif adalah manfaat yang lebih besar yang akan didapat perusahaan dengan melakukan upaya aktif.
Adapun secara lebih rinci manfaat-manfaat yang akan didapat perusahaan yang berada dalam suatu cluster antara lain;

1. Memberikan dampak publikasi.
Konsentrasi perusahaan di suatu wilayah tertentu akan menarik perhatian para calon pembeli dan akan membentuk citra tersendiri yang berkembang dengan sendirinya dari 1 ke lain orang sehingga menjadi publikasi gratis bagi suatu cluster.

2. Mempermudah akses pembeli dengan pesanan besar
Para pembeli yang akan memesan kebutuhan dalam jumlah besar akan lebih yakin dapat terpenuhi dengan hanya datang di satu tempat pengelompokan usaha, ketimbang tempat usaha yang berpencar-pencar. Minimal bila ada suatu pengelompokan akan memudahkan dan memberi banyak pilihan kepada masyarakat untuk memenuhi pesanannya dalam jumlah yang besar.
3. Mempermudah kontrak kerja pada supplier dan subcontractor
Kedekatan geografis mempermudah perusahaan untuk memantau dan memberikan kontrak kerja pada supplier dan subkontraktor mereka. Itu berarti perusahaan dalam suatu cluster akan makin mudah untuk mendapat kontrak kerja khususnya dengan rekan perusahaan di wilayah tersebut.

4. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku
Dengan adanya pengelompokan usaha atau perusahaan dalam suatu wilayah, maka permintaan bahan baku menjadi besar. Supplier bahan baku dengan sendirinya akan cenderung datang dan menawarkan dengan biaya yang lebih efisien. Itu berarti perusahaan yang membutuhkan akan lebih mudah memperoleh bahan baku.

5. Mempermudah rekrutmen tenaga berpengalaman.
Cluster pada dasarnya juga akan mendorong berkumpulnya tenaga kerja berpengalaman di wilayah tersebut. Marshall mengistilahkan dengan labor pool dengan keterampilan yang tinggi, sehingga mempermudah perusahaan untuk merekrut tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.

6. Mempermudah terjadinya alih tehnologi
Perusahaan dalam suatu cluster akan mudah bekerja sama dengan perusahaan lain dalam menggunakan mesin-mesin produksi mereka sesuai kebutuhan. Perusahaan juga cenderung lebih mudah dalam memperoleh berbagai informasi menyengkut pasar, teknologi, partner bisnis, dan lain-lain bila dalam suatu cluster. Dengan demikian berarti akan mempermudah terjadinya alih teknologi.

7. Mempermudah kerjasama antar perusahaan
Manfaat yang dikemukakan di atas termasuk diantaranya data terjadiu secara otomotis, manfaat pasif yang akan diperoleh dengan sendirinya oleh perusahaan tanpa harus melakukan sesuatu.
Apabila perusahaan aktif, maka akan lebih banyak lagi memperoleh manfaat, seperti upaya bersama dalam pemasaran produk, pembelian bahan baku, pelatihan pegawai atau pekerja, penggunaan fasilitas, quolity control, dan sebagainya.

Prasyarat Clustering
Dalam rangka clustering beberapa hal yang harus diperhatikan agar berkembang dengan baik sebagai prasyarat antra lain:

1. Sesuai dengan karakteristik lokal
Clustering menggandaikan manfaat ekonomis atas wilayah yang sama (economis of localization), maka cluster harus diarahkan sesuai dengan karakteristik lokal, kalau tidak maka economis of localization akan hilang.

2. Desenteralis dan partisipasif
Dalam kerangka teori industrialisasi, clustering merupakan bagian dari regional/spasial based approach, sehingga masyarakat dan pemerintah lokallah yang paling tau kondisi atau karakteristik wilayahnya. Maka masyarakat dan pemerintah daerah harus proaktif dan mempunyai keleluasaan dalam kewenangan dan partisipasi dan dengan demikian tidak boleh ada kebijakan-kebijakan yang bersifat sentralisasi.

3. Satu kesatuan dengan industri nasional
Pengembangan cluster yang sesuai dengan karakteristik lokal dan aspek lokalitas secara umum, tidak berarti lepas sama sekali dengan industrialiasai nasional. Clustering adalah bagian dari kebijakan yang berbeda-beda namun tetatp dalam satu payung industri nasionak, clustering khazanah yang memperkaya keberagaman dalam persatuan yang terintegrasi.

4. Dukungan stakeholder
Pengembangan cluster mutlak harus memperoleh dukungan dari berbagai pihak khususnya pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Pengembangan cluster atau strategi clustering memerlukan infrastruktur, memerlukan kebijakan yang memihak pada hidup dan berkembangnya dunia usaha dan dunia industri atau iklim investasi secara luas.Pengembangan cluster perlu dilakukan secara profesional berdasarkan teori industrialisasi dan praktik melaksanakan usaha atau industri dalam semua tahapan yang sistemik.
Pemerintah Daearah, Asosisi Profesi, Para Pengusaha, Pedagang dan Masyarakat pada umumnya perlu bersinerji dalam mendukung pengembangan cluster.

C Pendidikan Kejuruan di Indonesia

Menurut Rupert Evans (1978) pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau bidang pekerjaan lainnya.
Dalam Undang-Undang nomor 2 tentang Sisdiknas, pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Dan yang lebih spesifik dalam Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah, pendidikan kejuruan mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.
Tujuan dari pendidikan kejuruan masih menurut Rupert Evans (1978) adalah ;
1. memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja,
2. meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu,
3. mendorong motivasi untuk belajar terus.
Sedang menurut Peraturan Pemerintah nomor 29 tentang Pendidikan Menengah, pendidikan kejuruan bertujuan menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
Beberapa model pendidikan kejuruan menurut beberapa pendapat yang dikutip Muslim (2006) antara lain :
a) MARKET MODEL/MODEL LIBERAL, merupakan tanggung jawab industri, model ini diarahkan pada produksi dan pasaran kerja.

b) SCHOOL MODEL/MODEL BIROKRASI, model ini direncanakan, diorganisir dan diawasi oleh pemerintah.

c) DUAL SYSTEM/SISTEM GANDA, model ini merupakan gabungan dari model pertama dan model kedua. Model ini secara umum telah diberlakukan dalam kurikulum smk secara umum namun untuk beberapa keadaan memang tidak efektif. Dalam model ini industri dituntut mengambil peran yang sama dengan sekolah namun kenyataannya hal ini tidak dapat dilakukan karena perbedaab tujuan dimana industri selalu berorentasi pada keuntungan.

d) COOPERATIVE EDUCATION : model ini adalah model dimana pendidikan diselenggarakan bersama oleh sekolah dan industri sehingga peran industri lebih dominant karena industri mempunyai kepentingan akan tenaga kerja yang dihasilkan. Model ini dibedalan menjadi dua :
· SCHOOL AND INTERPRISE : pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara industri dan sekolah.
· TRAINING CENTER AND INTERPRISE

e) INFORMAL VOCATIONAL EDUCATION, model ini adalah system pendidikan yang lahir dengan sendirinya atas inisiatif pribadi atau kelompok untuk memenuhi ketrampilan yang tidak didapatkan dari pendidikan formal.

C Partisipasi industri
Di Indonesia saat ini menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, dimana proses pembelajarannya berbasis pada pekerjaan (Work-based learning) dan berbasis produksi. Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia yang cerdas, dan pekerja yang kompeten, sesuai standar kompetensi yang ditetapkan oleh dunia usaha dan industri.
Peran industri dalam hal ini adalah ikut serta menetapkan standar kompetensi, merumuskan kurikulum bersama sekolah, ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan kesempatan siswa untuk magang di industri dan memberikan sertifikat bagi yang memenuhi persyaratan. Hal ini harus dilakukan agar tamatan pendidikan kejuruan menjadi tenaga kerja yang siap pakai dan siap kerja.
Artinya antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan dunia industri harus menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan pembagian tugas tanggung jawab masing-masing. Lembaga pendidikan kejuruan di sekolah melatih siswa ketrampilan dan pengetahuan sesuai yang dikehendaki oleh dunia usaha dan industri, sedang dunia usaha dan industri memberikan tempat magang bagi siswa dan memberikan pelatihan-pelatihan bagi guru agar dapat melatih siswa di sekolah sesuai tuntutan industri.


ANALISIS

Data hasil survei/pengamatan di lapangan

1. Kunjungan Lapangan
Kunjungan lapangan ke Industri Pengecoran logam PUTRA SIDO MAJU milik Bp. Budiharjo di RT 02 RW 06, Dusun Tegalrejo, Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Jenis kegiatan industrinya yaitu pengecoran logam dan membuat cetakan dengan produk unggulan spare part kompor gas. Dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 50 orang.

2. Daftar pertanyaan untuk industri
a) Bagaimana proses produksi (oven)
b) Kapasitas produksi
c) Tenaga kerja per-unit
d) Kapasitas tenaga kerja
e) Berapa jumlah tenaga kerja yang terserap
f) Seberapa jauh teknologi yang digunakan
g) Inovasi produk yang dikembangkan
h) Bagaimana pola pemasaran hasil produksi
i) Berapa jumlah tenaga terampil yang berasal dari lulusan pendidikan formal dan SMK jurusan pengecoran logam.

3. Daftar pertanyaan untuk Koperasi Produksi Usaha dan Permesinan ( KPUP) Batur Jaya Ceper
a. Berapa jumlah industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper
b. Bagaimana klasifikasi industri pengecoran logam
c. Seberapa jauh kontribusi Koperasi bagi industri pengecoran logam
d. Seberapa jauh peran PEMKAB.Klaten

4. Daftar pertanyaan untuk SMK Batur ceper
a. Bagaimana dukungan SMK batur ceper bagi industri pengecoran logam di Kec. Ceper
b. Berapa kontribusi industri logam terhadap SMK batur ceper
c. Berapa jumlah SMK yang mempunyai program keahlian teknik pengecoran logam

5. Hasil survei/pengamatan

Berdasarkan pengamatan di Industri Pengecoran logam PUTRA SIDO MAJU milik Bp. Budiharjo di RT 02 RW 06, Dusun Tegalrejo, Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Ceper, didapatkan data sebagai berikut :
b. Dapur pengecoran mengunakan dapur kopula dengan kapasitas 15 ton.
c. Jumlah pekerja ada 50 orang dengan pendidikan non kualifikasi
d. Proses produksi tidak menggunakan alat keselamatan kerja yang memadai
e. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari Sido Maju yang melakukan proses finishing dari hasil pengecoran ini
f. Bahan yang digunakan besi rongsok, besi gagal produk, kokas, resin, pasir cetak
g. Kendala yang dihadapi, sulitnya mendapatkan bahan baku besi dan kokas dan jika ada harganya cukup mahal
h. Ada proses penghancuran bahan baku besi yang dilakukan secara manual dengan dipukul dengan hammer oleh tenaga manusia, hal ini diperlukan inovasi alat sehingga pekerjaan lebih cepat.
i. Produk yang di kerjakan adalah komponen dari kompor gas
j. Pemasaran masih menunggu pesanan dari konsumen
k. Tenaga kerja lulusan SMK ada 7 orang dari berbagai jurusan


Hasil Wawancara di koperasi batur ceper :

a. jumlah industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper ada 340 dan menjadi anggota koperasi 217 industri
b. klasifikasi industri pengecoran logam ada yang besar, menengah dan kecil.
Industri besar biasanya mempunyai permodalan yang cukup dan melakukan proses pengecoran sampai finishing sendiri dan menyerap tenaga kerja yang lebih besar dan dapur pengecoran yang dimiliki lebih modern dan kapasitasnya lebih besar. Sedang industri menengah dan sedang dapurnya lebih sederhana dan kapasitasnya lebih kecil dan ada yang tidak bisa melakukan pengecoran sendiri yaitu dengan menitipkan pada industri yang lebih besar.
c. kontribusi Koperasi bagi industri pengecoran logam awalnya cukup baik dengan memdistribusikan order keanggota yang belum ada order dan melakukan pelatihan-pelatihan kepada anggota, tetapi akhir-akhir ini sulit berkoordinasi dengan anggota karena semangat anggota sudah menurun karena masalah yang dihadapi masing-masing industri.
d. peran PEMKAB Klaten akhir-akhir ini juga menurun dan untuk mendatangkan bupati ke ceper untuk diajak berembuk mengatasi masalah yang dihadapi industri pengecoran sulit.
e. Tenaga kerja yang ada di koperasi kebanyakan dari penduduk sekitar dan tidak semua mempunyai latar belakang teknik, koperasi juga menerima siswa dan mahasiswa yang magang. Koperasi bekerja sama dengan laboratorium pengujian bahan milik pemda telah mendirikan politeknik manufaktur untuk mengatasi masalah tenaga kerja trampil dibidang ini.

Hasil wawancara dengan SMK Batur Ceper ;

1. Program keahlian teknik ppengecoran logam dibuka empat tahun silam, tahun ini menginjak tahun ke empat, dan jumlah alumnni sementara baru 40 siswa dan sudah ada yang bekerja di jepang 4 orang sedang sisanya belum terdeksi.
2. Animo peserta didik masih rendah, hal ini dikarenakan siswa setiap hari sudah melihat dari dekat bagaimana proses pengecoran logam, dan kebanyakan siswa saat iini berasal dari luar kecamatan ceper.
3. saat ini program keahlian teknik pengecoran logam dijadikan program unggulan tetapi karena masih banyak masyarakat yang mengetahui program unggulan ini maka animo masyarakat tetap masih rendah.
4. Jumlah siswa saat ini berturut-turut dari tingkat satu, dua dan tiga adalah 44, 33 dan 29 siswa.
5. Laboratorium untuk pengecoran llogam masih sangat sederhana dan baru beroperasi tahun 2007.

B. Analisis data industri pengecoran data

Dari hasil wawancara dengan beberapa pelaku industri baik dari pengusaha dan pekerja dibidang pengecoran dapat disimpulkan bahwa penyebab dari permasalahan di atas adalah ;
1. Belum maksimalnya campur tangan pemerintah pusat dan daerah
Untuk menyelamatkan nasib sentra industri logam di Batur, Ceper, Klaten pihak pengurus Kopperasi Batur Jaya Ceper yang selama ini menaungi para pengusaha mengirimkan surat ke empat menteri, yakni Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menristek, Menteri Energi Sumber Daya Mineral serta Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM). Para pengusaha meminta keterlibatan pemerintah untuk mengatasi kondisi yang dialami saat ini. Salah satu poinnya yang dituntut para pengusaha adalah agar pemerintah membantu penyediaan bahan baku industri cor logam. Mereka juga mengeluhkan produk besi dari pabrik-pabrik di Indonesia yang lebih banyak dilempar keluar negeri sehingga konsumsi untuk dalam negeri sangat sedikit. Para pengusaha menyadari jika diekspor harga jualnya memang lebih tinggi tapi seyogyanya juga diperhitungkan keberlangsungan industri kecil menengah yang ada di dalam negeri. Jika industri cor logam di Batur, Ceper sampai bangkrut maka rentetan akibatnya cukup luas, diantaranya banyak penduduk yang kehilangan mata pencaharian, hilangnya PAD dari sector ini, dan matinya usaha informal yang selama ini bergantung pada keberlangsungan industri cor logam di Batur, Ceper. Sehingga dibutuhkan segera campur tangan pemerintah agar supaya industri pengecoran logam di Ceper ini tidak mati suri.

2. Rendahnya dukungan perbankan
Industri pengecoran logam di Batur, Ceper ini selain membutuhkan dukungan dari pemerintah juga diharapkan ada campur tangan dari pihak perbankan. Dalam hal ini peran perbankan berupa dana pinjaman atau modal yang dapat digunakan untuk kelangsungan produksi. Peran perbankan yang akhir-akhir ini menurun seolah-olah sudah tidak mempercayai akan potensi yang masih bisa dikembangkan dari sentra industri pengecoran ini.
Hal ini menurut beberapa pengrajin sulitnya mendapatkan pinjaman modal di bank karena agunan usaha pengecoran sudah tidak dianggap memenuhi kreteria layak oleh bank. Hal ini salah satu penyebabnya adalah kondisi industri pengecoran yang terus menurun akhir-akhir ini.

3. Minimnya pemanfaatan t eknologi
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pengecoran logam masih tergolong usang dan out to date. Dapur pengecoran masih menggunakan dapur tungkik dan kopula, dimana dengan menggunakan dapur ini kekerasan hasil pengecoran dan komposisinya tidak dapat diketahui sebelum dilakukan pengecoran sehingga kualitas produksinya kurang baik. Sedang untuk beralih ke dapur listrik/Induksi diperlukan investasi yang tidak sedikit dan peran perbankan dalam hal ini sangat diharapkan.

4. Kualitas produk belum memenuhi standar
Produk yang dihasilkan kualitasnya belum memenuhi standar marketing. Mengingat bahan baku yang digunakan untuk produksi tidak melalui uji tes laboratorium terlebih dahulu. Selain itu juga terdapat beberapa produk yang dimanipulasi dengan didempul supaya kelihatan bagus kualitasnya. Kontrol terhadap proses produksi biasanya sangat lemah dikarenakan terbatasnya tenaga kerja ahli dibidang ini.

C Analisa peran pendidikan dalam cluster industri.

Cluster industri pengecoran logam di Batur Ceper telah berkembang puluhan tahun, namun pendidikan yang mensuport tenaga kerja (menyiapkan sdm) dibidang ini belum ada. Baru tahun 2003 di SMK Negeri 2 Klaten mulai membuka program keahlian pengecoran logam yang untuk angkatan pertama hanya satu kelas (36 siswa), tahun berikutnya 2004 di SMK Batur Jaya Ceper juga mengikuti membuka program keahlian serupa juga hanya satu kelas yang jumlahnya hanya 32 siswa. Sampai tahun 2008 dari kedua sekolah yang membuka program pengecoran baru meluluskan tiga kali dan dari lulusan tersebut belum ada yang bekerja di Ceper tetapi bekerja di luar Ceper.
Berdasarkan data tersebut di atas, kebutuhan tenaga kerja dibidang pengecoran seolah-olah tidak diperlukan hal ini terbukti tidak adanya permintaan sdm dibidang pengecoran logam. Berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan didapat data bahwa tenaga dibidang pengecoran logam tidak dituntut keahlian apa-apa yang dibutuhkan adalah kemauan bekerja dan kuat. Dari lokasi observasi tenaga pengecoran dan pembuatan model serta cetakan berjumlah 59 orang dengan latar belakang bermacam-macam ada yang hanya lulusan SLTP, SMEA dan ada yang tidak tamat sekolah.
Sejak berkembangnya industri pengecoran logam sampai tahun 2003, dimana usaha ini sudah mulai redup, belum ada permintaan tenaga kerja di bidang ini, artinya ada yang salah dalam industri ini, perusahaan berarti tidak memerlukan pengembangan dan peningkatan kualitas tenaga kerja untuk mengatasi perkembangan dan tututan kualitas produksi dari pasar, pastilah akan mengalami kondisi dimana perusahaan tidak bisa bersaing dengan kompetitor yang lebih kuat.
Keberadaan SMK yang membuka program keahlian pengecoran logam dari hasil wawancara ternyata tidak sepenuhnya mendapatkan dukungan dari industri karena kondisi usaha yang sedang menurun, walaupun program ini dijadikan unggulan tetapi waktunya kurang tepat.
Yang perlu dilakukan adalah dengan duduk bersama antara industri, lembaga pendidikan baik perguruan tinggi, SMK, pemerintah dan stakeholder yang lain untuk membicarakan masalah yang dihadapai dan mencari tenaga macam apa yang diperlukan oleh industri sehingga dapat membantu keluar dari krisis.
Peran pendidikan diharapkan dapat membackup kebutuhan tenaga kerja dari industri tersebut dengan bekerja sama dengan industri sehingga hasil tamatannya sesuai dengan kebutuhan industri.


STRATEGI
Konsep Dasar

Di mana ada Cluster industri maka akan terdapat permintaan tenaga kerja di bidang itu, artinya untuk mendukung keberlangsungan dari kluster industri tersebut harus didukung adanya lembaga yang mensuplai tenaga kerja tersebut. Munculnnya Kebutuhan akan Industri dipercaya akan mampu menjadi engine of growth. Industri yang kokoh akan mampu mendorong peningkatan ekspor, penguatan devisa dalam negeri, penciptaan lapangan kerja baru dan pengembangan distribusi pendapatan masyarakat. Dalam kerangka yang lebih luas industri akan mendorong penguatan sektor pendidikan karena tuntutan dalam hal sumber daya manusia dan alih teknologi.

Program

Dunia pendidikan sebagai pondasi dasar dalam membentuk lapis masyarakat yang berdaya saing global. Pengembangan cluster membutuhkan dukungan dari semua pelaku, masyarakat daerah dan berbagai lembaga terkait. Upaya ini juga membutuhkan proses yang berlanjut. Pengembangan cluster seharusnya juga merupakan bagian dari arah besar pembangunan daerah. Untuk memastikan dukungan semua pihak dan keberlanjutan maka diperlukan dasar hukum yang mengikat. Sebaiknya, pengembangan cluster suatu wilayah tertentu ditetapkan lewat Peraturan daerah. Dengan demikian jaminan keberlanjutan dan dukungan lintas pelaku dapat diharapkan.


Kelembagaan


Secara umum pengembangan cluster dibutuhkan dukungan tiga pilar utama yaitu pemerintah, industri, dan perguruan tinggi. Ketiganya memiliki hubungan interdepensi dan peran yang berbeda-beda. Berkembang tidaknya cluster lebih ditentukan oleh interaksi diantara tiga pilar tersebut. Semakin kuat mereka berperan sesuai posisinnya semakin baik perkembangan cluster.


PENUTUP

Kesimpulan

Rupert Evans (1978) merumuskan pendidikan kejuruan bertujuan untuk ; 1) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja, 2) meningkatkan pelihan pendidikan bagai setiap individu, dan 3) mendorong motivasi untuk belajar terus.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 dirumuskan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. SMK sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 15 undang-undang sisdiknas merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekarja dalam bidang tertentu.
Tujuan yang pertama sesuai rumusan tersebut termasuk didalamnya kebutuhan tenaga kerja industri, dalam hal ini pendidikan semestinya dapat mengambil peran yang strategis dalam pengembangan industri termasuk industri pengecoran logam di ceper. Namun demikian sejak industri ini berkembang baru tahun 2003 muncul SMK yang mempunyai program keahlian pengecoran logam disaat industri ini dalam keadaan mati suri.
Peran pendidikan kejuruan dalam hal ini diharapkan dapat mencetak tenaga menengah di bidang pengecoran logam yang siap kerja keras, mempunyai wawasan mutu produksi yang baik, dan inovasi yang tinggi sehingga dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh industri pengecoran logam.
B. Rekomendasi dan Alternatif Inovasi pendidikan

Sekarang ini SMK secara umum telah menggunakan Dual Sistem tetapi hasilnya belum optimal, dikarenakan tidak adanya keterlibatan secara aktif pihak industri dan kecenderungannya perusahaan tidak mau diganggu oleh keberadaan siswa yang magang.
Untuk kondisi di sentra industri pengecoran logam di Ceper sebaiknya dicoba menggunakan school and interprise, dimana program ini dikelola bersama oleh industri dan sekolah. Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja di industri bisa dipenuhi oleh sekolah sesuai harapan industri. Kondisi ini menimbulkan simbiosis mutualisme dimana antara sekolah dan industri sama-sama mendapatkan keuntungan. Sekolah mendapatkan transfer ilmu , teknologi, dan ketrampilan bagi tenaga pengajarnya dan alumni langsung dapat bekerja diindustri karena merupakan pesanan dari industri dan industri mendapatkan kkebutuhan tenaga kerja sesuai kebutuhan tanpa harus mengeluarkan dana investasi membangun sekolah sendiri.
Untuk menghindari penumpukan tenaga kerja sejenis, program ini diberlakukan buka tutup sesuai kebutuhan industri dan dimungkinkan membuka program baru jika memang diperlukan sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga kerja dari industri.

Rabu, 03 Februari 2010

BESI COR

Besi cor merupakan paduan Besi-Karbon dengan kandungan C diatas 2% (pada umumnya sampai dengan 4%). Paduan ini memiliki sifat mampu cor yang sangat baik namun memiliki elongasi yang relatif rendah. Oleh karenanya proses pengerjaan bahan ini tidak dapat dilakukan melalui proses pembentukan, melainkan melalui proses pemotongan (pemesinan) maupun pengecoran.

Dari warna patahan, dapat dibedakan 3 jenis besi cor yaitu Besi Cor Putih yang terdiri dari struktur ledeburit (coran keras), struktur campuran antara perlit dengan ledeburit yang disebut Besi Cor Meliert dan struktur perlit dan atau ferit serta ledeburit masih terdapat sejumlah unsur karbon dalam bentuk koloni grafit yang disebut Besi Cor Kelabu.

Jenis dari ketiga besi cor tersebut sangat tergantung dari kandungan dan komposisi antara C dan Si serta laju pendinginannya, dimana laju pendinginan yang tinggi akan menghasilkan struktur besi cor putih sedangkan laju pendinginan yang lambat akan menghasilkan pembekuan kelabu.

Gambar 1 memperlihatkan patahan dari sebuah sampel besi cor yang dicor sebagian pada media cetak logam dan sebagian lainnya pada media cetak pasir.



Gambar 1. Patahan sampel besi cor media cetak berbeda.

Didaerah ujung kiri sampel, karena pada bagian tersebut merupakan media cetakan logam akan membeku secara cepat dan menghasilkan struktur ledeburit yang keras, sedangkan didaerah ujung kanan yang menggunakan media cetak pasir yang menghasilkan laju pembekuan lambat menghasilkan struktur kelabu. Didaerah tengah yang merupakan daerah transisi keduanya terdapat struktur meliert.

Paduan biner Besi-Karbon pada pendinginan normal akan membeku secara metastabil sehingga pada pada komposisi hipoeutektik akan menghasilkan struktur ledeburit (perlit + sementit sekunder), sedangkan pada komposisi hipereutektik terdiri dari sementit primer dan ledeburit. Barulah pada laju pendinginan yang amat sangat lambat, atau dengan kandungan Si yang cukup tinggi, pembekuan akan berlangsung secara stabil, dimana sementit (Fe3C/besikarbida) pada temperatur tinggi akan terurai sebagai berikut:

Fe3C –> 3Fe + C

Dalam hal ini C merupakan unsur elementer yang berkoloni membentuk grafit (penggrafitan tak langsung), serta tidak menutup kemungkinan bahwa grafit telah pula terbentuk langsung dari cairan (penggrafitan langsung). Dengan demikian paduan tidak lagi menganut sistem Besi-Besikarbida, melainkan Besi-Grafit.

Pada kenyataannya, dikarenakan oleh berbagai hal, kristalisasi dari besi cor kelabu berlangsung tidak demikian, dan bagian-bagian dari struktur tidak dapat dengan mudah dibatasi sebagaimana pada besi cor putih.

Akibat dari terjadinya undercooling, terdapat sebagian kecil dari karbon yang tertransformasi menjadi besikarbid setelah sebagian besar dari cairan tertransformasi menjadi besi dan grafit. Pembentukan grafit sangat tergantung dari jumlah inti-inti grafit. Sementara itu grafit memiliki kecenderungan kuat untuk saling mengelompok serta menjadi bentuk lembaran-lembaran grafit.

Sistem Metastabil (Fe-Fe3C)


Sistem Stabil (Fe-C)
Ledeburit (austenit + sementit) Grafit eutektik (austenit + grafit)
Perlit (ferit + sementit) Grafit eutektoid (ferit + grafit)
Sementit primer (sepanjang garis CD) Grafit primer (sepanjang garis C’D')
Sementit sekunder (sepanjang garis SE) Grafit segregat (sepanjang garis S’E')

Tabel 1. Perbandingan struktur pada sistem metastabil dengan stabil

Peristiwa ini terjadi pada saat sisa cairan mencapai konsentrasi eutektiknya yang diikuti dengan segregasi grafit, dimana pada stiap laju pendingainan yang lebih rendah, maka pertumbuhan lembaran grafit tersebut akan semakin kasar, bahkan hingga menjadi grafit batas butiran.



Gambar 2. Grafit eutektik pada besi cor kaya Si.

Non-etsa.








gambar 3Gambar 3. Grafit batas butiran.

Non-etsa.

Grafit yang halus dapat dicapai pada besi cor dengan kandungan Si sangat tinggi (lebih kurang 4%) dan melalui proses pendinginan yang cepat. Selain dari itu, perlakuan-perlakuan peleburan maupun karena pengaruh dari terdapatnya unsur-unsur lainnya dapat pula mempengaruhi pertumbuhan dari grafit. Suatu penahanan yang lama pada temperatur diatas Tliq akan menyebabkan terjadinya pengahalusan grafit sebagai akibat dari penghancuran kumpulan grafit.

Kandungan P yang tinggi didalam besi cor (sekitar 1.5%) akan menyebabkan terbentuknya grafit Nester, sebagai akibat dari segregasi unsur P, sedangkan pembubuhan unsur Mg akan mengakibatkan grafit tumbuh dalam bentuk bulat.


Gambar 4. Grafit Nester pada besi cor kaya P. Non-etsa.












gambar 5Gambar 5. Pembulatan grafit akibat pembubuhan unsur Mg.

Non-etsa.

Bentuk-bentuk grafit dinyatakan dengan angka romawi I sampai dengan VII sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6 dan 7.






Gambar 6. Standar bentuk grafit menurut VDG-Merkblatt P441.









Gambar 7. Standar bentuk grafit menurut ASTM-Spezifikation A 247.

(I = Grafit Bulat, IV = Grafit Vermikular, VII = Grafit Lamelar)

Sedangkan sebaran grafit khususnya untuk bentuk I dinyatakan dengan huruf kapital A sampai E sebagaimana ditunjukkan pada gambar 8.






Gambar 8. Standar sebaran grafit menurut VDG-Merkblatt P441.

Grafit A : Grafit eutektik lamelar (grafit lamelar yang tersebar secara merata dan seragam).
Grafit B : Grafit mawar (Rosette).
Grafit C : Grafit kasar (grafit primer) yang tersebar diantara grafit-grafit eutektik. Umumnya terdapat pada komposisi besi cor hipereutektik.
Grafit D : Grafit interdenditrik (grafit undercooling). Umumnya terjadi pada komposisi besi cor hipoeutektik.
Grafit E : Grafit interdendritik yang terurai. Umumnya terjadi pada komposisi besi cor hipoeutektik.

Secara umum proses pembekuan dari besi cor dengan kandungan C antara 2% sampai 4% adalah sebagai berikut: Dari cairan (kemungkinan pada saat ini telah terdapat inti-inti grafit) akan terbentuk kristal g-primer yang dengan demikian konsntrasi C didalam sisa cairan akan meningkat menuju kekomposisi eutektik. Sisa cairan kemudian akan tertransformasi secara eutektik menjadi ledeburit dan sejumlah grafit.

Pada pendinginan selanjutnya sementit pada ledeburit akan tertransformasi menjadi austenit dan grafit dan untuk selanjutnya grafi-grafit akan tersegregasi keluar dari austenit (serpanjang garis E’S’ diagram biner Besi-Karbon). Grafit-grafit sekunder ini terbentuk menempel pada grafit primer yang oleh karenanya tumbuh semakin besar.

Akhirnya, pada pendinginan stadium 3, terjadilah transformasi eutektoid dimana kristal g (austenit) akan berubah menjadi perlit. Ketika pendinginan berlanjut (temperatur sesaat setelah 720 oC), sebagian dari perlit juga akan terurai menjadi ferit dan grafit yang sebagaimana grafit terdahulu tumbuh menempel pada grafit-grafit yang telah ada, sehingga akhirnya ferit yang terbentuk akan selalu berada disekitar grafit (awan ferit).

Hal yang sangat penting sehubungan dengan struktur dasar (matriks) besi cor adalah pengaruh unsur Si terhadap besikarbida (Fe3C), dimana Si akan mengakibatkan besikarbida terurai menjadi besisilikat dan karbon (grafit) sebagaimana reaksi berikut:

Fe3C + Si –> Fe3Si + C

Kandungan Si yang tinggi memiliki pengaruh yang mirip dengan kandungan C yang dinaikkan serta mengakibatkan perlambatan laju pendinginan sehingga mengarah ke sistim stabil Besi-Grafit.



gambar 9. Diagram besi cor menurut Maurer.

Maurer mengembangkan suatu diagram besi cor dengan kandungan C dan Si berbeda-beda pada suatu laju pendinginan tertentu (yaitu pada spesimen cor diameter 30 mm) yang memperlihatkan perbedaan matriks pada setiap kandungan C dan Si.

Kandungan C dan si yang rendah akan menyebabkan terjadinya pembekuan putih dengan struktur ledeburitnya (gambar 10). Peningkatan kandungan Si akan menyebabkan struktur yang terjadi adalah perlit dengan sebaran grafit lamelar diantaranya (gambar 11).


Gambar 10. Besi cor putih.

(Ledeburit + perlit)











Gambar 11. Besi cor perlitik.

(Perlit + grafit)





Apabila kandungan Si lebih tinggi lagi, maka akan diperoleh struktur besi cor ferit-perlit dan grafit (gambar 12). Sedangkan pada kandungan C tinggi dengan Si rendah akan terjadi struktur meliert yang terdiri dari ledeburit, perlit dan sedikit grafit (gambar 13).



Gambar 12. Besi cor ferit-perlit.

(Ferit+perlit+grafit dan steadit)











Gambar 13. Besi cor meliert.

(Ledeburit+perlit+grafit)

Sebaliknya dari unsur Si yang menyebabkan stabilitas besikarbida menurun, maka unsur Mn justru meningkatkannya. Stabilitas karbida menjadi tinggi dengan terbentuk sebagai karbida campuran (Fe, Mn)3C. Oleh karena itu kandungan Mn didalam besi cor dibatasi antara 0.3% – 1.2%. Adanya Mn didalam besi cor akan mebuat karbida dalam perlit menjadi halus akibat dari berkurangnya transformasi g/a. Kandungan Mn yang semakin tinggi, sebagaimana pada baja, akan membentuk struktur menjadi martensit atau bahkan austenit.

Kandungan unsur S (belerang) dalam besi cor diijinkan hingga 1.2%. Tidak seperti halnya pada baja, unsur ini tidak berpengaruh terlalu penting, mengingat kandungan Mn yang cukup tinggi dapat mengingat unsur S ini menjadi MnS (mangansulfid) yang tidak berpengaruh buruk.

Kandungan P pada besi cor normal diijinkan sebesar 0.1% – 0.6%. Unsur ini memiliki efek meningkatkan fluiditas besi cor cair sehingga mampu mengisi rongga-rongga cetakan yang tipis, serta meningkatkan ketahanan geseknya. Besi g (austenit), Fe3C dan Fe3P pada temperatur 950 oC akan membentuk eutektikum yang disebut Pospideutektikum (steadit) yang mengandung 2.4% C dan 6.89% P. stedit inilah yang menyebabkan besi cor menjadi tahan terhadap beban gesek.


Gambar 14. Steadit didalam struktur besi cor perlitik.












Gambar 15. Stedit kasar didalam struktur besi cor perlitik.

Selasa, 02 Februari 2010

TANUR INDUKSI



1. Pendahuluan.
Penggunaan tanur induksi di industri pengecoran logam dewasa ini telah semakin berkembang. Hal ini terutama karena tanur induksi menjanjikan beberapa kelebihan antara lain:




* Hasil peleburan bersih.
* Mudah dalam mengatur/mengendalikan temperatur.
* Komposisi cairan homogen.
* Efisiensi penggunaan energi panas tinggi.
* Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material.

Namun demikian terdapat pula hambatan/kendala yang perlu diperhatikan yaitu:

* Infestasi biaya beban tetap yang cukup besar menuntut loading yang tinggi.
* Biaya operasi yang besar menuntut tingkat kegagalan yang rendah.
* Dibutuhkan operator maupun teknisi berpengalaman dalam mengoperasikannya.
* Tingkat bahaya besar, mengingat tanur ini menggunakan enerji listrik yang sangat besar.
* Biaya perawatan besar.

Dengan demikian walaupun tanur induksi menjanjikan banyak keuntungan namun menuntut perlakuan dan pengoperasian yang BENAR meliputi:

* Keterampilan operator.
* Penggunaan bahan baku dengan spesifikasi jelas.
* Preventive maintenance yang intensiv.

2. Prinsip proses peleburan dengan tanur induksi.

Tanur induksi bekerja dengan prinsip transformator dengan kumparan primer dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan sekunder. Kumparan sekunder yang diletakkan didalam medan mahnit kumparan primer akan menghasilkan arus induksi. Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder digantikan oleh bahan baku peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus induksi tersebut berubah menjadi panas yang sanggup mencairkannya.

Sesuai dengan frekuensi kerja yang digunakan, tanur induksi dikatagorikan sebagai tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz – 60 Hz) dengan kapasitas lebur diatas 1 ton/jam dan tanur induksi frekuensi menengah (150 Hz – 10000 Hz) untuk tanur dengan kapasitas lebur rendah.

Frekuensi jala-jala pada tanur induksi frekuensi menengah diubah terlebih dahulu dengan menggunakan thyristor menjadi freukensi yang lebih tinggi sebelum dialirkan kekumparan primer.


gambar-16-rSkema tanur induksi frekuensi menengah2.

Secara umum tanur induksi terdiri dari 2 jenis yaitu:

* Tanur induksi jenis saluran, yang digunakan sebagai holding furnace (hanya berfungsi untuk menahan temperatur cairan agar tidak turun).
* Tanur induksi jenis krus, yang digunakan sebagai tanur peleburan.

gambar 2Prinsip pemanasan tanur induksi jenis saluran2.

Pemanasan hanya dilakukan pada bagian saluran cairan. Bahan cair yang panas akan bergerak keatas, sedangkan bahan cair yang dinggin bergerak kebawah mengisi saluran. Dengan demikian cairan didalam tanur akan mengalami sirkulasi.


gambar 3Potongan melintang tanur induksi jenis saluran2.












gambar 41Prinsip pemanasan tanur induksi jenis krus2.









gambar 5Potongan melintang tanur induksi jenis krus2.

Tanur induksi jenis krus dikonstruksi sedemikian rupa disesuaikan dengan ukuran dan jenis bahan yang dilebur, sehingga terdapat tanur induksi frekuensi jala-jala, tanur induksi frekuensi menengah dan tanur induksi frekuensi tinggi.




gambar 6Daerah kerja frekuensi terhadap kapasitas muat tanur2.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih frekuensi kerja tanur induksi adalah hubungannya dengan ukuran minimum bahan baku yang dapat ditembus oleh frekuensi tersebut, sebagai berikut:



dimana;
δ = kedalaman penetrasi elektromagnetik [m].

K = Konstanta bahan baku.

f = Frekuensi kerja [Hz].

Ukuran minimum bahan baku yang dapat dilebur tanpa bantuan cairan adalah:

D = 3,5 x δ

Oleh Brown Bovery Co. ditabelkan sebagai berikut.


Min bahan bakuDimensi minimum bahan baku [mm]
Dengan demikian bahan baku peleburan pada tanur induksi dengan frekuensi kerja terpasang yang memiliki dimensi lebih kecil dari harga yang tertulis pada tabel diatas, harus dilebur dengan bantuan sisa cairan didalam tanur.

Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku minimumnya sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan sekurang-kurangnya 1/3 cairan didalam tanur untuk membantu proses peleburan berikutnya.

Akibat dari adanya arus induksi yang terus menerus mengalir didalam cairan maka akan terjadi pergerakan cairan yang disebut sebagai stirring. Kualitas dan kuantitas stirring ditentukan oleh tinggi atau rendahnya frekuensi kerja dan jumlah fasa listrik yang digunakan.


gambar 7Stirring pada 1 fasa (a) dan 3 fasa (b).

Sedangkan frekuensi kerja yang semakin rendah akan mengakibatkan stirring secara kualitatif menjadi semakin besar namun kuantitatif sedikit sehingga akan muncull sebagai gejolak cairan. Frekuensi kerja yang semakin tinggi akan mengakibatkan stirring yang terjadi kecil namun merata disetiap bagian dari cairan, sehingga cairan akan tampak lebih tenang.

3. Pemuatan bahan peleburan.

Proses peleburan dengan tanur induksi akan semakin efisien bila menggunakan bahan baku yang masif (berukuran besar) dan kompak. Keuntungan yang diperoleh dari bahan masif adalah:

1. Bahan yang dilewati oleh medan induksi lebih banyak sehingga menghasilkan enerji panas yang lebih besar.
2. Permukaan bahan yang bersentuhan dengan udara sedikit sehingga mengurangi efek oksidasi.
3. Bahan homogen dengan komposisi yang serupa sehingga mengurangi faktor kesalahan peramuan.
4. Mengurangi kemungkinan bahan asing dan kotoran ikut terbawa pada saat pemuatan sehingga lebih dapat menjamin pencapaian komposisi yang dikehendaki serta mengurangi terak ataupun bahaya-bahaya lain yang ditimbulkannya.

Ketersediaan cairan didalam tanur juga akan dapat meningkatkan kecepatan peleburan. Maka dalam hal pemuatan bahan kedalam tanur indsuksi berlaku urutan sebagai berikut:

Tanur induksi frekuensi jala-jala:

1. Sarting blok untuk awal peleburan.
2. Sisa cairan, yaitu 1/3 dari kapasitas tanur untuk peleburan lanjutan.
3. Besi kasar.
4. Bahan daur ulang.
5. Besi bekas.
6. Baja bekas.
7. Carburisher (bersama baja bekas).
8. Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi dimuatkan paling akhir.

Poin 1 merupakan tuntutan wajib bagi tanur induksi frekuensi jaringan, sebab tanpa starting block proses peleburan tidak dapat berlangsung. Sedangkan poin 2 adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi enerji peleburan. Poin 3 sampai 8 merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan.

Tanur induksi frekuensi menengah dan tinggi:

1. Sarting blok untuk awal peleburan (bila tersedia).
2. Besi kasar.
3. Bahan daur ulang.
4. Besi bekas.
5. Baja bekas.
6. Carburisher (bersama baja bekas).
7. Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi dimuatkan paling akhir.

Poin 1 lebih baik dilakukan walaupun tanpa sarting blok proses peleburan dengan tanur induksi frekuensi menengah sampai tinggi tetap dapat dilakukan. Sedangkan poin 2 sampai 7 merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan.

Rangkuman.

1. Tanur induksi digunakan pada proses peleburan besi, baja cor dan sedikit nonferro.
2. Enerji peleburan diperoleh dari bahan bakar listrik.
3. Tanur induksi terdiri dari dua jenis yaitu jenis saluran (untuk proses penahanan temperatur) dan jenis krus (untuk proses peleburan).
4. Ukuran bahan baku sangat ditentukan oleh frekuensi kerja tanur induksi.
5. Kualitas peleburan sangat ditentukan oleh lining tanur induksi.

Efisiensi peleburan akan naik bila bahan baku yang digunakan berukuran besar dan masif (kompak).

Sabtu, 30 Januari 2010

PRIBADI YANG POSITIF


Dalam hidup ini kita bersosialisasi dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Di antara orang-orang tersebut, tentu kita pernah menemukan pribadi yang menjengkelkan, negatif, atau yang tidak menghargai orang lain. Berada di lingkungan orang yang memiliki pandangan hidup yang negatif tidak baik untuk diri kita. Selain kita jadi sering kesal sendiri, lama-kelamaan kita pun akan terbawa menjadi pribadi yang selalu negatif.

Karena itu, berusahalah berada di lingkungan yang positif. Kebalikan dari berkumpul dengan orang-orang yang negatif, berada di tengah-tengah jiwa yang positif akan membuat kepribadian kita juga akan terbawa positif. Orang-orang yang positif memandang segala sesuatu hal dari sisi positif. Contohnya, mereka tetap bisa tegar dan tabah di saat mengalami kesulitan. Mereka mampu melihat sisi diri Anda yang istimewa, meskipun Anda merasa biasa-biasa saja. Mereka tulus menerima kelebihan orang lain, dan tidak menunjukkan bahwa mereka lebih hebat daripada Anda. Semua itu hal yang baik, kan?

Bila Anda ingin mengubah diri Anda menjadi lebih baik, coba cermati ciri-ciri pribadi yang positif berikut ini:

1. Tidak egois. Di dunia dimana banyak orang yang tidak punya waktu atau ketertarikan terhadap orang lain, sifat yang tidak egois rasanya makin sulit dicari. Mereka yang tidak mementingkan diri sendiri akan memberikan waktu untuk memberi, dan mampu mendengarkan. Mereka yang senang memberi dan murah hati punya kemampuan untuk membuat orang lain merasa dicintai, dihargai, dan istimewa. Sedangkan mereka yang memikirkan diri sendiri akan bertindak sebaliknya.

2. Penuh toleransi. Orang yang biasa bertenggang rasa akan membuat kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri. Setiap pribadi berbeda-beda, dan biasanya hal ini akan dipandang aneh oleh orang lain. Namun, perbedaan inilah yang membuat hidup jadi berwarna. Kemampuan untuk menerima orang lain apa adanya, dan tidak mengharapkan mereka menjadi orang lain yang kita inginkan, itulah karakter teman yang sebenarnya.

3. Tidak dibuat-buat. Memiliki kemampuan untuk bertindak apa adanya dan jujur adalah hal yang langka di dunia ini, karena kita menghadapi tekanan untuk berlaku baik hanya di luarnya saja. Tampil apa adanya diri kita adalah suatu kelebihan yang jarang dimiliki. Untuk bisa menjalani suatu hubungan, perlu adanya kejujuran. Hal ini butuh kemampuan mendengarkan dan memberikan feedback yang mungkin tidak disukai pasangan. Namun memiliki kemampuan untuk menyampaikannya, dan tidak takut menghadapi konsekuensinya, artinya mencintai pasangan seperti apa adanya dirinya, dan bukan bagaimana kesan yang ditampilkannya dari tampilan fisiknya.

4. Peka pada orang lain. Seringkali kita hanya terfokus pada kebutuhan kita semata, sehingga kita jarang memberikan perhatian pada orang lain. Orang yang peka terhadap orang lain biasanya penuh pengertian, menghargai, dan penuh kasih, membuat Anda merasa dimengerti, dan dihargai. Namun orang yang sensitif seringkali juga sadar diri, sehingga sadar bagaimana mereka mempengaruhi orang lain dengan apa yang mereka katakan atau lakukan.

5. Punya integritas. Kriteria pribadi seperti ini memang sulit ditemukan. Mungkin akan sulit mencari orang yang mau melakukan sesuatu tanpa pamrih. Mereka bukan orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Mereka juga bukan orang yang senang membeberkan persoalan pribadi mereka di depan publik, dan menikmati momen tersebut tanpa memikirkan konsekuensinya.

6. Rendah hati. Apa pun dia, entah sangat cerdas, berbakat, atau cantik menawan, semua itu tidak akan percuma kalau dia tidak rendah hati. Terlebih jika ia ternyata besar kepala dan angkuh. Hanya orang-orang yang luar biasa saja yang bisa memiliki kepribadian ini.

BEASISWA NEGRI SAKURA


menghimpun informasi mengenai budaya dan perilaku orang Jepang, sistem pendidikannya, serta informasi tentang beasiswa di sana, kini Anda harus membuat keputusan. Tanyakan secara serius pada diri Anda, apakah Anda benar-benar siap dan tertarik studi di Jepang?

Bila ada hal yang tidak bisa Anda penuhi, sementara hal itu merupakan syarat mutlak, mungkin lebih baik Anda mencari beasiswa di negara lain. Namun, jika Anda sangat teguh dan mantap, lanjutkan perjuangan Anda. Ini tahapannya:

Studi D-3 dan S-1

Anda harus tahu jenis beasiswa yang tersedia. Untuk S-1 ada beasiswa dari Monbukagakusho, Mitsui, serta dari Departemen Transmigrasi. Namun untuk D-3, sejauh ini hanya ada beasiswa dari Monbukagakusho.

Semua beasiswa tersebut bisa dilamar di negara asal. Silahkan pelajari di situs-situs terkait pemberi beasiswa di atas. Seleksi biasanya mulai dari seleksi administrasi, tes kemampuan akademik dan terakhir wawancara. Detilnya? Nanti akan dibahas dalam kiat-kiat mendapatkan beasiswa S-1.

Studi S-2 dan S-3

Khusus untuk melamar beasiswa program S-2 dan S-3, Anda harus mengikuti beberapa tahapan berikut. Umumnya, antara satu beasiswa dan beasiswa lain baik yang berasal baik dari Pemerintah Jepang maupun perusahaan Jepang untuk studi S-2 dan S-3, memiliki persyaratan yang hampir sama. Langkah-langkahnya antara lain:

- Pelajari dulu beasiswa yang akan Anda lamar.

Pahami semua persyaratan dan prosedur aplikasinya. Catat tanggal-tanggal penting dan tidak boleh dilupakan. Hal ini agar Anda tidak terlambat dalam proses seleksi beasiswa tersebut. Beberapa beasiswa untuk S-2 dan S-3 misalnya adalah Monbukagakusho, Panasonic, Hitachi, dan lain-lainnya.

- Tentukan minat Anda (Mencari Profesor)

Berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia, melamar masuk S-2 dan S-3 tidak melalui pintu universitas, melainkan lewat seorang profesor pembimbing. Ya, profesor adalah gerbang untuk Anda memasuki sebuah universitas. Artinya, jika sudah diterima oleh professor, kurang lebih Anda akan diterima di universitas, karena professor akan berjuang untuk Anda agar bisa masuk universitas.

Di Jepang, bidang-bidang kajian/penelitian dilakukan secara spesifik. Sangat jarang orang menyebut laboratoriumnya seperti di negara kita, misalnya laboratorium kimia organik, kimia analitik, atau biokimia, dan sebagainya. Hal itu disebabkan karena sudah sangat berkembanganya riset dan penelitian di tingkat perguruan tinggi di Jepang.

Sebutlah, misalnya, bidang biokimia yang akan berkembang menjadi departemen bioscience, bioengineering, atau bioprotein, dan lain-lainnya. Departemen-departemen ini masing-masing terdiri dari banyak laboratorium dengan beragam penelitian yang spesifik dan mendalam. Hal itu menyebabkan riset di perguruan tinggi di Jepang terpakai di banyak industri di negaranya sendiri.

Namun, untuk menentukan minat Anda dalam rangka mendapatkan seorang profesor, pelajarilah lebih dulu homepage salah satu universitas di Jepang. Bila masih blank, Anda bisa memulainya dari universitas terkenal seperti Tokyo University, Tokyo Institute of Technology, Kyoto University, dan masih banyak lainnya.

Dari situs universitas-universitas itu, Anda kemudian masuk ke situs departemen yang ada. Akhirnya, di situlah Anda bisa membuka homepage masing-masing milik para profesor, baik yang masih berdekatan dengan minat atau penelitian Anda di Indonesia atau justeru bidang yang ingin Anda pelajari.

Anda juga dapat langsung membuka situs researcher. Di sana Anda akan menemukan beragam informasi tentang bidang yang Anda cari dan sekaligus professor yang sesuai dengan bidang Anda.

Bila semua langkah di atas sudah Anda penuhi dan Anda merasa menemukan bidang yang cocok, Anda sebaiknya mencatat dan memelihara alamat itu dengan baik. Bagi Anda yang telah mempunyai profesor, apakah melalui rekomendasi pembimbing di Indonesia atau kolega di Jepang, tentu tahapannya akan lebih gampang.

Seperti diketahui, "posisi" seorang profesor di Jepang sangat penting sebagai pintu masuk ke universitas. Yang menguntungkan, banyak cara untuk mengejarnya, baik itu melalui rekomendasi kolega dekat maupun dosen pembimbing di Indonesia yang mempunyai hubungan kerja sama dengan profesor terkait di Jepang.

Cara lainnya bisa juga ditempuh dengan mengunjungi situs-situs seperti Directory Database of Research and Development Activities atau Humanities Web Sites. Bisa juga mencarinya melalui jurnal atau publikasi ilmiah, momen-momen ilmiah seperti seminar dan kongres, serta dari brosur-brosur yang sering ditempelkan di universitas untuk suatu keperluan tertentu.

Searching di internet, semisal lewat Google, juga bisa dilakukan dengan menggunakan kata-kata kunci tertentu sesuai spesifikasi atau minat keilmuan Anda. Beberapa milis beasiswa atau milis-milis Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) juga bisa Anda manfaatkan sebagai media pencarian informasi, apalagi milis adalah media komunikasi yang bisa digunakan langsung untuk bertukar informasi.

Mengeksplorasi homepage profesor

Selanjutnya, eksplorasi penelitian dan publikasi profesor yang Anda minati itu. Khususkan dan fokuskan waktu Anda untuk mempelajari homepage profesor tersebut sehingga akhirnya Anda mantap untuk mendalami dan mempelajari suatu bagian kecil dalam lingkup penelitiannya.

Biasanya, ada sejumlah jurnal yang telah dipublikasi dalam homepage profesor tersebut. Untuk itu, silakan download dan pelajari. Dengan begitu, kelak Anda memunyai banyak bahan dalam berkomunikasi dengan sang profesor.

Selain itu, akan bagus sekali jika Anda pun mempersiapkan proposal dan memasukkan juga publikasi profesor tersebut ke dalam daftar referensi yang Anda rujuk.

Lakukan komunikasi dan pendekatan dengan profesor

Biasanya, setiap profesor mencantumkan alamat e-mail di situsnya. Maka dari itu, setelah banyak informasi yang Anda dapatkan dari homepage miliknya, mulailah untuk melayangkan surat kepadanya.

Anda bisa memulainya dengan perkenalan singkat tentang diri Anda, latar belakang pendidikan, dan bidang penelitian yang Anda geluti saat ini. Silakan Anda mengungkapkan semuanya dalam kalimat yang cerdas, singkat, dan jelas.

Kebanyakan profesor sangat sibuk sekali dan malas untuk membaca e-mail yang terlalu panjang, apalagi pada tahapan perkenalan. Untuk itu, alangkah bagusnya bila bidang yang akan Anda pelajari tersebut beririsan dengan bidang penelitian profesor yang Anda tuju sehingga komunikasi dapat mengarah pada ketertarikan Anda untuk belajar dengannya lebih lanjut.

Setelah komunikasi berjalan dan Anda merasa bahwa sang profesor merespons dengan baik, ungkapkan ketertarikan dan keinginan kuat Anda untuk melanjutkan sekolah, ketertarikan untuk menjadi muridnya, dan sertakan alasan pasti memilih profesor tersebut sebagai pembimbing Anda.

Selanjutnya, Anda bisa mengirimkan hasil penelitian yang pernah Anda lakukan dan melengkapinya dengan proposal rencana penelitian yang akan Anda lakukan.

Meminta surat latter of acceptance

Umumnya, untuk melamar beasiswa ke Jepang dibutuhkan surat kesediaan profesor sebagai pembimbing Anda. Untuk mendapatkan surat tersebut, akan lebih baik bila Anda juga menyertakan surat rekomendasi dari pembimbing di kampus atau atasan.

Mengingat profesor di Jepang sendiri tidak mengenal calon mahasiswanya, tampaknya cukup sulit untuk memberikan keputusan hanya berdasarkan dokumen. Selain itu, jarang sekali surat penerimaan sementara dari profesor diperoleh hanya melalui korespondensi singkat. Ya, perlu berkorespondensi berulang kali dan harus menunjukkan kesungguhan pada niat belajar Anda.

Selasa, 19 Januari 2010

RARE EART-UNSUR JARANG

Tanah jarang memegang peranan yang sangat penting dalam kebutuhan material produksi modern seperti dalam dunia superkonduktor, laser, optik elektronik, glass dan keramik. Untuk memenuhi kebutuhan material produksi tersebut, keperluan tanah jarang dari tahun ke tahun terus meningkat. Jadi pada konteks ini, di lingkungan perlu di tingkatkan tindakan pencegahan dan dengan demikian penting prosedur analisis yang sensitif untuk pengukuran tanah jarang dalam tanah menjadi semakin penting. Di dalam mineral, unsur tanah jarang mempunyai sifat kimia dan fisik yang mirip sehingga penentuan tanah jarang tanpa pemisahan sangat sulit untuk dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada pengukuran unsur tanah jarang sampel monasit dan senotim yang diperoleh dari limbah pertambangan dengan menggunakan instrumen inductively coupled plasmas optical emission spectrometry (ICP-OES) yang dilengkapi dengan detektor charge coupled device (CCD), dimana sebelumnya memakai microwave untuk membantu destruksi sample dan mengeluarkan efek matrik dengan mempergunakan kolom resin penukaran ion basa kuat DOWEX AG 1 W-X8.
Unsur tanah jarang (UTJ) banyak kegunaannya dalam industri berteknologi tinggi, dan sumbernya cukup banyak tersedia di Indonesia termasuk yang ada di Pulau Bangka dan Pulau Belitung, terdapat terutama sebagai mineral monasit dan senotim dalam tailing penambangan timah. Penelitian pendahuluan ini bertujuan akhir untuk mengembangkan metode pemisahan dan analisis UTJ ringan dengan kromatografi cair melalui pembentukan kompleks dengan dibutilditiofosfat (DBDTF) dan dibutilditiokarbamat (DBDTK), sebagai senyawa pembentuk kompleks baru bagi unsur-unsur tersebut. Untuk itu telah dipelajari retensi senyawa-senyawa kompleks tersebut pada sistem-sistem kromatografi dengan kolom polar dan non-polar. Penelitian meliputi pembuatan kedua ligan, pembentukan dan ekstraksi senyawa-senyawa kompleks UTJ-ligan, pengamatan sifat retensi, percobaan pemisahan, dan aplikasi metode yang dikembangkan untuk pemisahan UTJ dalam sampel mineral. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur serium, lantanum, praseodimium, dan neodimium dapat dipisahkan satu dari yang lainnya sebagai senyawa kompleks dibutilditiokarbamat dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom C18, fasa gerak campuran metanol-asetonitril pada laju alir 0,75 mL/menit, dan deteksi eluat menggunakan detektor ultraviolet pada 210 nm. Sementara itu pada penggunaan ligan dibutilditiofosfat, kolom kromatografi yang sama dengan fasa gerak campuran biner kombinasi metanol-asetonitril atau metanol-air, dari empat unsur yang diteliti hanya serium yang mengalami retensi. Walaupun demikian penggunaan dibutilditiofosfat lebih memudahkan dan menyederhanakan pemisahan dan analisis serium, yang merupakan komponen utama dalam sampel monasit, secara kromatografi cair, karena tingginya resolusi antara serium dengan unsur-unsur yang diteliti lainnya. Penelitian-penelitian tentang pemisahan, analisis, dan pemurnian UTJ dengan menggunakan metode kromatografi cair dengan kolom penukar ion dan kolom fase terbalik melalui pembentukan pasangan ion atau kompleks.
Di Indonesia, mineral monasit yang banyak tersedia berupa hasil samping industri tambang timah, belum diolah lebih lanjut untuk memperoleh unsur-unsur tanah jarang murni, karena penguasaan kita tentang teknologinya masih perlu ditingkatkan dan dimantapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pemisahan dan pemurnian unsur-unsur yang bernilai ekonomis tinggi ini dalam usaha memenuhi kebutuhan sendiri, antara lain untuk mengembangkan material superkonduktor. Makalah ini menguraikan hasil penelitian tersebut untuk memisahkan dan memurnikan unsur-unsur tanah jarang yang terkandung dalam monasit dengan metode ekstraksi melalui pembentukan kompleks dengan ligan baru, dibutilditiokarbamat. Penelitian yang telah dilakukan meliputi proses pelarutan melalui destruksi sampel monasit, penyiapan untuk memperoleh campuran unsur tanah jarang total, pemisahan serium dengan metode oksidasi dan pengendapan, kajian proses ekstraksi, yang dilanjutkan dengan pemurnian secara ekstraksi menggunakan ligan tersebut di atas. Dengan menggunakan metode oksidasi dan pengendapan sebagai proses pra-pemisahan, telah diperoleh produk serium pada skala kilogram dengan kemurnian antara 70-75% dan rendemen 60%, yang kemudian dimurnikan lebih lanjut dengan metode ekstraksi dengan dibutilditiokarbamat untuk memperoleh serium pada skala fraksi kilogram dengan kemurnian mendekati 100% dan efisiensi ekstraksi antara 80-100%.